Gini Rasanya di Tinggal Nikah Mantan
Menulis ini karena sudah terlalu banyak yang tanya gimana rasanya ditinggal mantan menikah. Iya, seminggu yang lalu mantan alhamdulillah udah nikah duluan, dan kejadian itu entah bagaimana membuat sebagian orang di sekitar bertanya-tanya kok bisa? di mulai dari orang yang enggak pernah ngewhatsap tiba-tiba ngewhatsap dari sekedar say hello sampai ke pertanyaan, sekarang pacarmu siapa? kok engga datang ke nikahan mantan? Sampai pada malam ini komunitas ada acara dan karena mantan datang bersama istri barunya, jadi diacara itu ada saya, mantan, istrinya dan teman-teman lainnya. Sempat ber IG story dan lagi-lagi dihujani dengan pertanya via DM, kok bisa sih bil? sumpah kamu keren, kok hebat banget sih bisa setegar itu?
Okey, pertanyaan macam itu membuat ku bangun pagi dan pengin nulis. Tulisan ini dari sudut pandang ku yak, pemikiran dan perasaanku. Wajar kalau ada yang berpikiran lain, berperasaan lain atau berpendapat lain, karena engga semua manusia kaya aku. Semoga bisa menjawab kekepoan yang terjadi (okey gw berasa artis). Aku sangat menghargai apapun pertanyaan dari kalian karena itu bentuk perhatian. Di mulai dengan pertanyaan
Kok bisa terjadi?
Penginnya sih jawab, yaa bisa lah apanya yang aneh manusiawi jutaan orang di dunia ini mengalami kok, kalau langit tiba-tiba berubah warna jadi ijo dan ikan-ikan pada bisa terbang baru deh susah jawabnya. Cuma, engga bakal masuk kan di logika kalian? sama aku jugak. hahaha. Intinya, perpisahan dalam suatu hubungan itu wajar adanya, bukan karena salah si A atau salah si B. Tapi ada kalanya walaupun perasaan-perasaan itu masih ada, walaupun cinta itu susah ilangnya tapi arah dan tujuan dari hubungan sudah tidak sama. Iya, dunia itu engga stabil, lingkungan kita juga berubah, berkembang begitupun kita. Ada beberapa orang yang bersama dalam waktu lama dan mampu menghadapi banyaknya perubahan serta tetap mampu satu tujuan, satu jalan, dan sama-sama berkembang, saling mempertahankan. Tapi ada beberapa orang, yang tidak sekuat mereka, perubahan lingkungan, pemikiran, membuat keduanya berkembang dengan cara masing-masing, hasil masing-masing dan akhirnya mempunyai tujuan masing-masing. sudah tidak lagi mampu saling mempertahankan karena memang tujuannya sudah tidak sama, ibaratnya dia arahnya ke Jakarta aku ke Surabaya. Mungkin karena itu akhirnya itu terjadi, aku dengan arahku dia dengan arahnya. Berjalan masing-masing ke tujuan masing-masing dengan perasaan masing-masing. Aku bangga, pada akhirnya kita berdua menyudahi hal ini dengan sangat dewasa, dengan kesadaran bahwa kita sudah mempunyai gelembung masing-masing dan jika tetap di paksakan gelembung ini akan saling berbenturan dan pecah. Kita sadar bahwa bukan hanya sinyal kita yang lemah saat itu, tapi kita sudah beda frekuensi. Intinya, seberapa lama umur hubungan itu, seberapa lama dan banyak mimpi-mimpi yang telah kita bangun bersama, jika dalam hubungan itu kita sudah sama-sama merasa sangat sesak dan engga bisa lagi nyaman untuk bernafas dan bergerak, jangan memaksakan. Beranilah mengambil keputusan, lepaskan, bergerak dan berlarilah ke arah mana yang kamu mau. Iya berani lah mengambil keputusan...setahun yang lalu kita sudah seberani itu. Mengambil langkah masing-masing dengan tujuan msing-masing. Berani saling melepaskan, untuk sesuatu yang lebih baik, lebih baik untuk diri sendiri dan lebih baik untuk dia.
Jadi bagaimana rasanya?
Rasanya nano-nano sih, awalnya berat drama pasti. Tapi akau selalu percaya waktu adalah obat penyembuh terbaik. Prinsipnya yaa kaya diatas tadi Berani melangkah, untuk sesuatu yang lebih baik. Untuku pribadi, butuh satu bulan penuh untuk benar-benar sadar dan meyakini keputusan yang sudah diambil adalah yang terbaik. Jadi, sebulan itu adalah masa-masa di mana aku membiarkan perasaan-perasaan mengambil alih pikiranku. Karena apa? karena setelahnya aku harus melepaskan semua perasaan dan mengambil kendali penuh atas pikiran. Iya harus mengambil alih penuh pikiran, hidupku engga berhenti disitu men. Seperti niat awal, aku akan berjalan bahkan berlari ke arah yang aku mau. Sebulan penuh kegalauan, karena harus menjelaskan perlahan-lahan pada orang-orang di sekitar, yang ekspektasinya tidak bisa aku wujudkan. menyadarkan orang-orang sekitar bahwa percayalah ini yang terbaik, penuh darama pokoknya. Bersyukur karena waktu-waktu itu aku masih bisa mengontrol penuh diriku, malah lebih susah mengontrol emosi orang-orang di sekitar. Tapi bagaimana pun susahnya, aku berusaha tanggung jawab penuh pada mereka tentang ekspektasi yang sudah aku bangun tapi akhirnya tidak bisa aku wujudkan, yakin bahwa waktu akan menyembuhkan semua. Dan benar kan waktu memang menyembuhkan semua, engga perlu waktu lama kok, sebulan setelahnya aku berjibaku dengan kuliahku, menyelesaikan kuliah, fokus ke tesis. Sudah engga galau lagi, karena isi pikiran penuh dengan tesis, tesis dan tesis. Dia pun begitu, mulai bertemu orang-orang baru, membuka hatinya, dan akhirnya menemukan perempuan yang sudah menjadi istrinya sekarang. Aku sendiri akhirnya bisa lulus sesuai target, lalu mulai teringat dengan mimpi-mimpiku dahulu, yang dulu terabaikan saat tujuanku adalah tujuan berdua. Karena aku sudah sendirian sekarang, maka aku berusaha berjalan dan berlari ke arah yang aku mau itu, tidak lagi membebani, tidak perlu lagi menjaga perasaan-perasaan dan kepentingan orang, aku berlari tanpa beban lagi. Mengambil kesempatan yang harus diambil. Mulai pendidikan lagi, demi apa? demi masa depan yang lebih baik, demi cita-cita yang harus jadi nyata, mumpung kesempatan itu ada. Inget engga semua orang dikasih kesempatan yang sama kan. Lalu dia? sama dengan aku, dia dengan gigih mewujudkan mimpinya, aku tahu karena saat itu kita masih saling bercerita, memotivasi dan memberi semangat. Tapi itu tadi mimpi kita sudah tidak lagi sama. Bukankah ini juga akhir cerita yang indah, dia sudah berhasil mewujudkan mimpinya menikah. Dan aku, akhirnya bisa berjalan ke arah ini, arah yang sungguh sangat-sangat aku syukuri. Tuhan memberi aku banyak cerita dan kesempatan untuk bisa mewujudkan cita-cita sederhana menjadi bermanfaat untuk banyak orang. Oiya tentang perasaan sayang dan cinta kemana sekaramg? Entah bagaimana caranya Tuhan bekerja, tapi beneran deh Tuhan itu Maha Membolak Balikan hati. Semuanya uda engga tau hilang kemana, makanya bisa sangat enteng kita ketemu, bisa sangat enteng aku ketemu dengan istrinya dan sungguh engga ada perasaan apapun lagi. Mungkin karena aku berpikir dengan cara demikian, mungkin karena perasaanku sudah jauh-jauh lalu aku lepaskan, sebelum aku berlari ke arah yang aku mau tentunya. Orang-orang bilang aku cewek yang logis, tapi menjadi realistis itu perlu. Jangan biarkan perasaan dan emosi menguasai otak dan hati sih. Kita tuh makhluk cerdas yang dikasih kemampuan mengendalikan otak dan hati, percayalah bukan sebaliknya.
Sudah Move On?
Ini pertanyaan paling basi sih, yaa ampun makk uda 2017 loh sekarang. Mungkin karena aku terlihat sendiri jadi mereka mengira aku masih belum move on. Okey, anggaplah itu pemikiran yang wajar. Tapi sini aku jelaskan, jangan terlalu gampang menyimpulkan bahwa yang sendiri adalah orang-orang menyedihkan yang belum bisa move on dan kesepian. Inget ini sudah 2017, mulai lah membuka pikiran, jangan kolot cem itu ah. Prioritas hidup masing-masing orang itu beda, ukuran kebahagian orang itu juga beda. Kita tidak ada di satu badan dan satu kepala, jadi tidak semua manusia mempunyai pemikiran seperti kamu atau aku. Analoginya begini, kalau kamu punya uang 10 rebo dan aku 10 rebu belum tentu kita akan belanja barang yang sama. Begitupun hidup, kalau kamu dikasih umur 40 tahun dan aku 40 tahun belum tentu, prioritas rencana hidup dan apa yang akan kita lakukan sama, visi misi jelas beda dong. Mungkin kamu akan memanfaatkan 40 tahun mu dengan mengabdi pada negara atau aku akan memanfaatkan 40 tahun umurku untuk traveling kesana kemari. Apa itu salah? enggak dong, ukuran kebahagian tiap orang beda. Mungkin kita biasa berpikir di masyarakat berpasangan di umur 25 itu wajar dan berpasangan di umur lebih dari 25 kurang wajar. Entah dari mana asalnya tapi masyarakat kita memang mempunyai semacam aturan dan pola demikian. Buat aku, bukan perkara berpasangan di umur berapa sih, tapi seberapa berfaedahnya hidup kita ada dan belum ada pasangan. Berfaedah buat diri sendiri dan tentu orang lain. tentu itu ukuran buat ku, belom tentu ukuran buat mu atau mereka. Lalu sebagian akan menjawab, kita cuma prihatin aja liat kamu sendiri, pengin kamu happy? okey terimakasih tapi apakah kalian yakin saat ini aku endak happy hanya kerena aku sendiri, dan kenyataannya aku engga benar-benar sendiri. Apakah dengan berpasangan manusia dijamin akan lebih bahagia dan lebih bermanfaat? aah endak juga, banyak yang malah jadi makin enggak bahagia bahkan putus asa engga punya tujuan hidup. Intinya gaes, berhentilah mengasihani orang-orang yang sendiri, bisa jadi mereka jauh lebih bahagia dari kamu, bisa jadi pikirannya jauh lebih lapang dan tidak ada beban. aku sudah move sedari dulu, saat aku melepaskan perasaanku satu persatu, tahun lalu, sebulan setelah kita tahu tujuan kita sudah tidak lagi sama.
Eh masih juga ada yang nanya, yaa ampun mbak nabil, kalau aku jadi mbak nabil mungkin aku bunuh diri. Alhamdulillah yaa, otaku engga pendek kaya kamu, hatiku juga kualitasnya jauh diatas kaca yang gampang pecah. Nak, ada saat nya nanti kamu akan mengerti kalau hidupmu sangat amat berarti, dan buatlah hidupmu jauh lebih berarti buat kamu dan orang lain dengan cara sederhana deh dimulai dari, enggak usah jadi anak lebay gampang galau dengan masalah yang begini ini. Bangsamu engga butuh generasi lebay dan baperan, Agamamu enggak butuh generasi yang galau sampai mau matik cuma gegera putus doang. Lebih banyak belajar yaa nak, demi masa depan mu, generasi mu nanti. lalalalala.
Endingnya...?
Iya ini cerita kita, cerita yang endingnya mungkin tidak sesuai ekspektasi. Tapi percayalah, tetap indah kok endingnya. pengin nyusulin mantan jugak sih, menikah, kayaknya seru, kayaknya asik. Semoga aja kenyataannya nanti begitu asik, seru dan tentu berfaedah. Doakan saja, kadang doa jauh lebih dibutuhkan daripada sekedar perkataan. oiya Terimakasih buat teman-teman yang selalu perhatian, kadang terharu sih wong aku aja sudah engga mikirin kok kalian masih terus memikirkan aku. ahahaha. Terimakasih untuk doa-doa terbaik selama ini. Percayalah rencana Tuhan itu paling baik dan paling indah dibandingkan dengan ekspektasi-ekspektasi kita. Kok tenang amat, selow amat? Iyaaa niihh, Im busy enjoying my life. Enggak takut kebablasan sampai enggak nikah? enggak tuuh..Insya Alloh, Tuhan enggak pernah punya rencana buruk buat ciptaannya, semuanya baik. Jodoh pasti bertemu kek lagunya afghan, yang penting jadi sosok kaya apa pas kita ketemu jodoh nanti? sudah kah aku mempersiapkan versi terbaik ku buat dia nanti? ingat ya versi terbaik. Tugasnya cuma itu sih. Sambil menunggu kejutan Tuhan selanjutnya, mari jadi manusia yang lebih berfaedah.
Comments
Post a Comment